MELAYANI SEGALA MACAM LIPUTAN VIDEO & PHOTO

Senin, 22 November 2010

Tips Photografy Macro

Fotografi makro adalah salah satu kategori fotografi yang membuat pembesaran terhadap suatu object. Atau bisa dengan kata lain dunia fotografi yang diperkecil kedalam dunia Micro.

Pembesaran tersebut bisa dilakukan dengan medekatkan obect dengan kamera, atau pun dari jarak terentu dengan menggunakan lensa tele. dan harus tetap mengusung konsep “Foto yang berbicara” dengan melibatkan unsur komposisi, POI dan keseimbangan. nahhh... untuk mendapat Photo Macro silahkan simak artikel dibawah ini :

1. Cari lokasi yang potensial

Obyek macro sebenarnya ada dimana-mana. Tapi apabila kita mencari serangga maka lokasi tertentu umumnya memiliki populasi yang lebih banyak dibanding yang lain. Kupu-kupu menyukai lokasi yang agak hangat / kena sinar matahari dan banyak bunga. Tidak semua jenis bunga, kupu-kupu suka dengan bunga yang kecil dan memiliki madu banyak. Hal yang sama dengan tawon.

Sedangkan serangga seperti lady bug, belalang, dll lebih suka daerah yang dekat dengan air tenang. Misalnya danau / kolam. Agak lembab menjadi habitat yang sangat baik buat mereka. Tentunya mereka akan menghilang dari daerah padat pemukiman yang setiap beberapa saat sekali di semprot pestisida. Jadi buat warga jakarta anda lebih baik mencari lokasi di luar jakarta, taman kota, atau lokasi lainnya.

2. Pilih waktu yang tepat

Terlalu siang maka akibatnya adalah serangga menjadi sangat aktif dan juga matahari terlalu terik. Hasil pemotretan tidak akan maksimal dengan kondisi demikian. Saya sarankan pemotretan di pagi hari kisaran jam 8-10 pagi. Sebelum jam 8 pagi? Biasanya mereka masih bersembunyi dan sulit di lihat, walaupun memang nyaman untuk memotret karena mereka cenderung lebih diam.

Contrast

3. Latih mata anda & dekati obyek dengan hati-hati

Obyek macro tidak seperti obyek pemotretan lain. Mereka cenderung sangat kecil dan tersembunyi (that’s the beauty of it). Oleh sebab itu anda butuh sangat berhati-hati dalam berjalan, perhatikan obyek walau sekecil apapun (kadang serangga hanya seukuran kurang dari 0,5cm). Biasanya kita bisa melihat mereka karena perbedaan warna mereka dengan background, misalnya lady bug berwarna merah di daun yang berwarna hijau. Oleh sebab itu coba perhatikan baik-baik apabila ada perbedaan warna seperti itu.

Tiap binatang, termasuk serangga, memiliki circle of fear yang berbeda. Circle of fear adalah jarak maksimal antara kita dan mereka dimana apabila kita melebihinya maka mereka akan kabur. Tiap binatang memiliki radius circle of fear yang berbeda. Misalnya kupu-kupu radiusnya mencapai kurang lebih 1-2 meter. Jadi apabila kita terlalu dekat dengan mereka maka mereka akan kabur. Sedangkan misalnya lady bug bisa mencapai beberapa cm. Umumnya binatang yang bisa terbang lebih sensitif.

Circle of fear menentukan berapa jauh kita bisa mendekati obyek dan berapa focal length yang digunakan. Pemotretan kupu-kupu misalnya sebaiknya menggunakan lensa dengan focal length 200mm ke atas. Selain itu apabila kita sudah mulai memasuki circle of fear maka kita perlu berjalan lebih perlahan, berhenti setiap binatang menunjukkan tanda curiga, dll.

4. Gunakan lensa Macro atau Teknik Reverse Lens

Obyek macro relatif sangat kecil. Apabila kita ingin mampu menangkap detilnya maka kita perlu menggunakan lensa yang mampu menangani jarak fokus yang sangat dekat. Lensa khusus ini dikenal dengan nama lensa macro.

Lalat & Mata Facet-nya | Photographed by Cynthia

Tapi apabila belum memiliki lensa macro maka kita bisa menggunakan teknik yang dikenal dengan nama reverse lens. Teknik ini menggunakan satu jenis ring tertentu (harganya sangat murah, sekitar Rp 60rb, bisa dicari di bursa) untuk menempelkan lensa (biasanya lensa fix / prime dengan apperture lebar, misalnya EF 50mm f1.8 yang harganya juga murah) dalam posisi terbalik. Focusingnya gimana? Tentu saja harus manual, tapi toh pemotretan macro umumnya menggunakan focusing manual.

5. Gunakan Custom Function

Saat kita memotret macro depth-of-field sangat tipis. Sehingga kita goyang maju mundur sedikit saja bisa jadi sudah tidak fokus. Oleh sebab itu menggunakan metode focusing dengan menekan separuh tombol shutter sangat tidak praktis. Karena setiap kali kita mau memotret maka kamera akan melakukan focusing.

Gunakan custom function IV yang umumnya tersedia di semua kamera Canon. Fungsi ini memungkinkan kita memindahkan tombol focusing ke bagian belakang kamera. Sehingga saat kita menekan tombol shutter kamera tidak lagi melakukan focusing.

Jadi bagaimana cara focusingnya? Pertama dekati obyek. Lalu tekan tombol focusing dengan focus di bagian mata obyek. Setelah itu tidak perlu lakukan focusing lagi, melainkan maju mundurkan kamera sedikit demi sedikit sampai akhirnya focus nya tepat. Lalu tinggal ambil fotonya dengan menekan tombol shutter.

6. Gunakan flash

Di beberapa kondisi flash dibutuhkan agar ada catch light (sinar di mata obyek, yang membuat obyek nampak hidup) untuk membantu pemotretan. Apakah dibutuhkan flash khusus? Tidak, anda cukup menggunakan flash built in. Akan tetapi flash built in bisa relatif keras sinarnya dan menimbulkan bayangan yang kurang artistik.

"Blue Eyes" - tanpa flash maka mata serangga ini tidak akan terlihat "menyala"

Oleh sebab itu ada beberapa teknik yang bisa digunakan. Teknik yang paling mudah adalah menggunakan flash exposure compensation (baca petunjuk manual kamera anda untuk melakukan settingnya). Karena kepentingannya hanya untuk catch light / fill-in maka gunakan kompensasi sampai dengan -2.

Cara yang lain adalah dengan menggunakan diffuser. Anda dapat membuatnya sendiri dari bekas tabung film (yang warnanya putih susu). Cara lainnya adalah dengan meletakkan tissue / kertas kalkir di depan flash. Hati-hati dengan cara kedua, pastikan tissue & kertas tidak menempel ke flash, anda dapat menyebabkan kebakaran karena panas dari flash. Cara yang paling mudah adalah dengan membeli diffuser yang sekarang banyak dijual.

7. Tahan napas

Apa hubungannya tahan napas dengan Macro Photography? Ternyata saat kita menahan napas kita cenderung lebih stabil (tidak shake) sehingga menghasilkan foto yang lebih tajam.

Memang ada rule-of-thumb dimana speed minimal (tanpa IS) adalah 1/focal length x crop factor masih berlaku. Jadi kalau anda menggunakan lensa macro EF 100mm f2.8 maka kecepatan minimal yang dibutuhkan adalah 1/125 secs. Akan tetapi di macro photography permasalahannya adalah depth-of-field yang sangat sempit (lihat contoh foto dibawah ini), sehingga kita goyang sedikit saja maka bisa jadi focus bukan lagi di mata melainkan punggung serangga. Tentunya hal ini tidak kita inginkan. Oleh sebab itulah kita menahan napas pada saat focusing dan menekan tombol shutter.

Aduh basah

8. Gunakan apperture yang memadahi

Impact dari apperture yang sama di foto non macro dan macro berbeda. Mungkin di f4 saja pemotretan model sudah menghasilkan foto obyek yang tajam. Tapi di macro photography bahkan sampai f16 pun masih ada saja bagian tubuh obyek yang tidak tajam (misalnya kakinya). Hal ini karena depth-of-field yang super sempit akibat dari jarak lensa & obyek yang sangat dekat.

Oleh sebab itu pastikan apperture yang anda gunakan memadahi. Umumnya butuh paling tidak f8 pada pemotretan serangga kecil untuk mendapatkan mata & sebagian besar tubuh serangga dalam kondisi yang tajam. Akibat langsung dari hal ini adalah turunnya shutter speed apabila tidak diimbangi dengan ISO yang memadahi atau sumber cahaya tambahan (flash).

9. Gunakan tripod & live view

Untuk obyek yang diam, seperti misalnya bunga, maka cara terbaik untuk menghasilkan foto yang super sharp adalah menggunakan tripod & fungsi live view. Tripod memungkinkan kamera dalam posisi yang super steady. Sedangkan live view memungkinkan kita untuk zoom sampai dengan 5x sehingga manual focusing bisa dilakukan dengan sangat presisi.

Saat focus sudah diperoleh gunakan timer / cable release untuk memastikan tidak ada goyangan yang membuat focus bergeser. Tentunya pastikan juga obyek dalam kondisi yang steady, percuma menggunakan tripod pada saat bunga ada di lokasi terbuka dengan angin yang kencang. Halangi dahulu angin yang berhembus sebelum setting tripod.

Ya, ya, ya saya tahu itu baru 9 tips … tapi tips terakhir saya simpan untuk “Grab your camera now, go out there and take some picture“. Percuma segala macam teori ini apabila anda tidak mengalaminya sendiri. Senggangkan waktu, potret, buat kesalahan, review dan tingkatkan skill anda. Hanya dengan mencoba maka anda akan memahami keindahan fotografi macro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkah Berkomentar tentang artikel ini ^_^